
LAMPUNG TIMUR, (Naskah Berita) – Angin segar tengah berembus kencang di kalangan petani jagung Provinsi Lampung. Pasca melewati periode panen raya pada pertengahan tahun 2025, senyum lebar kini menghiasi wajah mereka. Kegembiraan ini bukan tanpa alasan, harga jagung pipilan kering di tingkat petani secara konsisten bertahan di level yang tinggi dan stabil, memberikan margin keuntungan yang telah lama mereka dambakan.
Di sentra-sentra produksi jagung utama seperti Kabupaten Lampung Timur, Lampung Selatan, dan Lampung Tengah, harga jagung pipilan kering dengan kadar air ideal (sekitar 15-17%) saat ini diperdagangkan di kisaran Rp 5.700 hingga Rp 6.200 per kilogram. Angka ini jauh di atas Harga Pokok Produksi (HPP) yang diperkirakan oleh petani berada di level Rp 4.000 hingga Rp 4.500 per kilogram, yang sudah termasuk biaya bibit, pupuk, pestisida, dan tenaga kerja.
Sutrisno (48), seorang petani dari Kecamatan Sukadana, Lampung Timur, tidak bisa menyembunyikan rasa syukurnya. Sambil menjemur sisa hasil panennya di halaman rumah, ia menceritakan kelegaannya.
“Alhamdulillah, panen kali ini hasilnya bagus, cuaca mendukung jadi jagung bisa kering sempurna. Tapi yang paling penting, harganya tidak anjlok seperti tahun-tahun sebelumnya,” ujar Sutrisno saat ditemui pada Kamis (31/7/2025). “Biasanya kalau sudah panen raya begini, harga langsung jatuh karena barang banyak. Sekarang stabil tinggi. Keuntungan kali ini bisa untuk melunasi utang modal kemarin, sisanya ditabung untuk biaya sekolah anak dan persiapan tanam berikutnya.”
Kondisi serupa juga dirasakan oleh para petani di Kecamatan Palas, Lampung Selatan. Mereka mengaku bahwa stabilitas harga saat ini memberikan kepastian yang sangat dibutuhkan. Sebelumnya, fluktuasi harga yang tajam seringkali membuat petani merugi, terutama ketika harga jatuh tepat di saat panen melimpah.
Faktor Penopang Harga Tinggi
Menurut para pengamat dan pelaku agribisnis, ada beberapa faktor kunci yang menjadi penopang utama stabilnya harga jagung di Lampung saat ini.
1. Permintaan Industri Pakan Ternak yang Kuat dan Konsisten: Permintaan dari industri pakan ternak nasional, yang merupakan konsumen terbesar jagung domestik, terus menunjukkan tren positif. Lampung, sebagai salah satu lumbung jagung nasional, menjadi pemasok vital bagi pabrik-pabrik pakan di Jawa dan Sumatera. Kebutuhan konstan untuk pakan ayam pedaging, ayam petelur, dan ternak lainnya menjaga daya serap pasar tetap tinggi.
2. Kualitas Hasil Panen yang Optimal: Kondisi cuaca yang relatif mendukung selama masa tanam hingga panen tahun ini menghasilkan jagung dengan kualitas yang baik. Kadar air yang rendah dan minimnya serangan jamur membuat jagung petani Lampung sangat diminati oleh industri, yang memiliki standar kualitas ketat.
3. Kebijakan Pemerintah dan Keseimbangan Pasokan: Langkah pemerintah dalam menjaga keseimbangan antara produksi dalam negeri dan keran impor dinilai turut berkontribusi. Kebijakan yang lebih berpihak pada penyerapan hasil panen petani lokal membantu menjaga agar harga tidak tertekan oleh produk impor saat pasokan domestik melimpah.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung, dalam sebuah pernyataan terpisah, mengonfirmasi bahwa penyerapan hasil panen petani oleh perusahaan-perusahaan besar berjalan lancar. “Kami terus memfasilitasi kemitraan antara kelompok tani dengan industri pakan. Tujuannya agar tercipta sebuah ekosistem yang saling menguntungkan dan memberikan kepastian harga bagi petani,” jelasnya.
Tantangan yang Masih Mengintai
Meskipun sedang menikmati masa keemasan, para petani tetap menyadari adanya tantangan yang masih mengintai di masa depan. Biaya sarana produksi, terutama harga pupuk non-subsidi dan pestisida, masih menjadi beban yang cukup berat.
“Harga jual sekarang memang bagus, tapi biaya produksinya juga tidak murah. Harga pupuk masih tinggi. Kami berharap pemerintah bisa terus menjaga ketersediaan pupuk bersubsidi agar kami tidak terlalu was-was saat akan memulai musim tanam lagi,” tambah Sutrisno.
Selain itu, perubahan iklim yang tidak menentu tetap menjadi ancaman laten yang bisa mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi di musim-musim mendatang.
Harapan untuk Keberlanjutan
Stabilitas harga yang terjadi pasca-panen raya ini menjadi sebuah momentum berharga. Para petani berharap kondisi ini dapat terus dipertahankan, tidak hanya bersifat sesaat. Mereka menaruh harapan besar pada pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan untuk terus menciptakan iklim usaha tani yang kondusif.
Penguatan kelembagaan petani melalui kelompok tani dan koperasi, serta adopsi teknologi pasca-panen seperti mesin pengering (dryer) dan fasilitas penyimpanan (silo) yang modern, diyakini dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menjaga kualitas produk dan memperkuat posisi tawar petani.
Untuk saat ini, hamparan ladang jagung di Lampung tidak hanya menghasilkan butiran emas kuning, tetapi juga menebarkan optimisme. Senyum para petani adalah cerminan dari manisnya hasil kerja keras yang akhirnya terbayar lunas, sebuah harapan baru bagi keberlanjutan sektor pertanian di Bumi Ruwa Jurai.